Naskah ini mengeksposisi Efesus 4:11-16. Dalam ayat-ayat ini Tuhan Yesus ingin agar kita mencapai pertumbuhan iman yang sempurna, di antaranya kesatuan iman, pengenalan akan Yesus yang benar, berpegang teguh pada kebenaran dan seterusnya.Bab 1 membahas bahwa Allah memilih para pelayan-Nya untuk memperlengkapi uma-Nya agar mereka dapat melayani Tuhan dan sesamanya.Bab 2 memaparkan bahwa
Oleh Muchlisin Riadi Maret 27, 2022. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kemampuan individu dalam mengelola nilai-nilai, norma-norma, dan makna kehidupan. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk mendengarkan hati nuraninya (God Spot). Kecerdasan erat kaitannya dengan kesadaran orang untuk bisa memaknai segala sesuatu dan merupakan jalan
FaktorInternal: 1) Instink (naluri) Instink (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari, mekanisme yang dianggap ada sejak lahir dan juga muncul pada 94 58 setiap spesies. 95 Sedangkan menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) 96 yang dibawa manusia sejak lahir.
Pendekatanpertama berkaitan dengan kajian faktor-faktor penentu yang menghasilkan pelaporan keuangan yang berkualitas. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat, Widi dan Elisabet. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan Keuangan
Iman, karakter dan kepribadian seseorang dibentuk oleh berbagai proses dan tidak dapat disangkal bahwa budaya ikut berperan di dalamnya. Makalah ini akan menjelaskan bagaimana budaya mempengaruhi
Vay Tiá»n Nhanh Chá» Cáș§n Cmnd. Related PapersThis research has two objectives First, to determine differences in student existential belief between students coming from high school and Madrasah Aliyah. Second, to determine differences in student existential belief according to educational level of parents of students. The hypothesis of this study First, there is no differences in student existential belief between students coming from high school General and Madrasah Aliyah MA. Second, there is no differences in student existential belief overview on parent education students are low, medium and high. The respondent in this study is students of PGRA class 2013/2014 and 2014/2015 totaling 126 students. Data collection tools that are used include belief scale questionnaires adapted from C. Asri Budiningsih, Parent Education Level questionnaires, and documents. comparison test results using analysis of variance ANOVA two lanes obtained the values of F 0,034 for the first hypothesis, and the value of F for the second hypothesis. based on the results of statistical tests can be concluded first, there is no difference in existential belief between students from high school SMA / SMK and Madrasah Aliyah MA. Secondly, there is no difference in the existential belief that the student has a parent father with a higher education level, medium and study has two objectives first, to determine differences in moral reasoning of students from Madrasah Aliyah and high school. Second, to determine differences in moral reasoning of students in terms of educational level of the parents of students. The research hypotheses were proposed first, there was no difference in moral reasoning of students among students from Madrasah Aliyah MA and General high school. Secondly, there is no difference in moral reasoning of students of education of parents of students were low, medium and high. Respondents in this study were students of class PGRA 2013/2014 with 45 students. Data collection tools used include questionnaire scale Kohlberg, Parent Education Level questionnaire, and documents. From the results of a comparative test by using analysis of variance ANOVA two paths obtained F value to hipoesis first, and F value 0,037 for the second hypothesis. With the statistical result can be concluded first, there is no difference between the moral reasoning of students from Madrasah Aliyah MA and public schools SMA / SMK. Secondly, there was no difference in moral reasoning of students who have parents father with a higher education level, medium and merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta didik. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama. Setiap peserta didik bersifat khas dan unik karena setiap peserta didik berbeda-beda. Dalam pendidikan dan pembelajaran diperlukan suatu pengetahuan akan perkembangan-perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Dimana aspek-aspek perkembangan peserta didik cukup banyak seperti perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan moral, perkembangan spiritual atau kesadaran beragama dal lain sebagainya. Setiap aspek-aspek tersebut dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu dalam memahami cara belajar dan tentunya sikap maupun tingkah laku peserta didik. Selain itu, aspek pembelajaran yang diberikan kepada para peserta didik juga berupa pendidikan moral dan spirituall untuk membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan harapan bangsa yang dituliskan pada tujuan pendidikan bangsa Indonesia."Abstract The aim of this research was to find out 1 the category of worship performing autonomy 2 the difference of worship performing autonomy based on gender and previous school of student; 3 the correlation between age and the degree of worship performing autonomy The data are collected using questionnaire were involved 100 SMA UII student. The mutli stage sampling that is quota stratified proportional random sampling was used as the sampling technique. Desciptif statistic, T test, product moment correlation from Pearson and Two ways the analaysis of variance are used as the data analysis technique through SPSS for windows program The result of the several analysis towards the data yields several conclusions 1 most of the SMA UII student were in businessman category of worship performing; 2 there is no difference autonomy of worship performing student based on gender and previous school of SMA UII student; 3 there is no correlation of worship performing between ages and the degree of worship performing category Keywords Autonomy, Worship Performing, Religion Education"
ï Vstory Agama Jumat, 11 Oktober 2019 - 1122 WIB VIVA â Iman didefinisikan sebagai aqdun fi al-qalb, iqrarar bi al-lisan wa`amal bi al-arkan, yaitu meyakinkan dalam hati, mengakui dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan. Berdasarkan definisi ini, maka perbuatan dosa seperti mencuri, berzina, atau merampas milik orang lain dan minum khamr yang memabukkan merupakan perbuatan yang menyebabkan keluar dari rasa keimanan. Hakikat keimanan, asasnya, dan pokoknya, apabila telah teguh di dalam hati seseorang tidaklah bertambah maupun berkurang. Akan tetapi derajat keimanan seseorang dapat bertambah dengan bertambahnya ketaatan dan dapat berkurang dengan berkurangnya ketaatan. Karena seluruh ketaatan adalah keimanan. Tiap-tiap sesuatu yang mungkin bertambah, niscaya ada kemungkinan pula berkurang. Yang menjadi pembahasan di sini ialah mengenai hadis yang menjelaskan tentang fluktuasi adalah ketidak tetapan atau guncangan. Fluktuasi iman adalah keadaan naik turunnya kondisi iman seseorang. Karena seseorang bisa berubah. Terkadang seseorang berada di puncak imannya, yaitu mereka dalam keadaan semangat dalam melakukan suatu ibadah. Tapi juga membahas tentang suatu kondisi, di mana iman lagi masa-masa di bawah. Bahkan untuk mengerjakan suatu ibadah itu terasa sangat malas. Ada beberapa ayat Alquran Al-Karim yang jadi bukti bahwa iman itu bisa bertambah dan polemik di antara ulama tentang bisa bertambah tidaknya iman seseorang. Kelompok pertama kaum Muslimin berkata bahwa iman dapat bertambah atau berkurang. Ini adalah pendapat mayoritas ulama Ahlussunnah wal Jamaâah. Di antara mereka ada Imam Abu al-Hasan al-Asyâari yang berkata, âIman adalah ucapan dan tindakan, bisa bertambah dan berkurang.â Abu al-Hasan al-Asyâari, al-IbĂąnah, halaman 27Dasar bagi pendapat pertama ini adalah banyak ayat atau hadis yang menyatakan bahwa keimanan memang bisa bertambah dan berkurang, misalnya, âSupaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.â QS. Al-Mudatsir 31âYaitu orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangkamu, karena itu takutlah kepada merekaâ, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, âCukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.â QS. Ali Imran 173 Halaman Selanjutnya Adapun kelompok kedua kaum Muslimin, mereka berkata bahwa keimanan sama sekali tidak bisa bertambah. Mereka adalah sebagian ahli fikih dan banyak ahli kalam. Di antara mereka ada Imam Abu Hanifah yang berkata, âIman adalah pengakuan dengan lisan dan pembenaran dalam hati. Pengakuan dengan lisan saja tak cukup menjadi iman sebab bila pengakuan saja tentu semua orang munafik yang berpura-pura Islam padahal tidak akan dianggap beriman. Iman tidaklah bertambah dan berkurang.â Abu Hanifah, Matn al-Washiyyah, halaman 1. Disclaimer Artikel ini adalah kiriman dari pengguna yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content UGC. Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.
34 Keluarga sering juga di sebut sebagai lingkungan primer karena merupakan tempat bagi anak untuk mengalami pembinaan iman yang pertama. Oleh sebab itu peran keluarga sangat penting dan mendasar bagi perkembangan iman anak. Jika dalam keluarga diselenggarakan pembinaan iman yang kondusif dan relevan serta signifikan maka iman anak akan terbentuk sampai ia dewasa. Sebaliknya jika dalam lingkungan primer gagal memberikan pembinaan iman yang layak, maka kemungkinan dalam tahap sekunder juga akan gagal. b. Gereja Menurut Mardiatmadja 1985 15 kata Gereja berasal dari bahasa Portugis Igreja yang berakar dari Bahasa latin Ecclesia. Kata-kata ini merupakan terjemahan dari Bahasa Hibrani Qahal, yang berarti pertemuan. Kata ini seringkali digunakan untuk menyebut pertemuan dalam rangka perayaan kepada Yahwe yang disebut Qahal Yahwe. Istilah ini juga bermakna sebagai pertemuan meriah umat Allah. Sementara dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah kerk yang serumpun dengan kirche dalam bahasa Jerman. Kedua kata ini berasal dari bahasa Yunani riake yang berarti milik Tuhan. Dalam bahasa Indonesia istilah Gereja mengandung kedua arti tersebut dan digunakan untuk menyebut paguyuban umat beriman. Katekismus Gereja Katolik menguraikan makna Gereja sebagai Berikut Gereja itu dalam Kristus bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Tujuan utama Gereja ialah menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam. Oleh karena persatuan di antara manusia berakar dalam persatuan dengan Allah, maka Gereja adalah juga sakramen persatuan umat manusia. Di dalam Gereja kesatuan ini sudah mulai, karena ia mengumpulkan manusia-manusia dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa. Serentak pula Gereja adalah tanda dan sarana untuk terwujudnya secara penuh kesatuan yang masih dinantikan KGK, art. 775. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 Dari uraian ini Gereja dapat dipahami sebagai persatuan antara manusia dengan Allah dan sesama. Melalui Gereja manusia menjalin hubungan personal yang mendalam dengan Allah. Tetapi istilah Gereja bukan hanya mengacu pada urusan rohani semata, Gereja juga merupakan persatuan antara umat manusia. Kedua dimensi ini tidak dapat dihayati secara terpisah, artinya persatuan dengan Allah harus tampak dalam persatuan dengan manusia. Persatuan yang dimaksud bukanlah persatuan yang seringkali dibatasi oleh perbedaan-perbedaan. Namun persatuan dalam hal ini adalah persatuan yang universal tanpa membedakan suku, ras dan bahasa. Dalam konteks inilah Gereja memiliki pengaruh terhadap perkembangan iman seseorang. Karena Gereja sebagai paguyuban umat beriman adalah wadah untuk memperkembangkan iman. Melalui komunitas umat beriman ini berbagai ajaran dan tradisi iman diwariskan. Maka keterlibatan dalam berbagai kegiatan Gereja akan mempengaruhi perkembangan iman seseorang Mardiatmadja, 1985 23-26. c. Sekolah Sekolah pada umumnya adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki jenjang pendidikan dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Sekolah menjadi tempat untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu mulai dari membaca, berhitung, menulis, hingga nilai-nilai moral. Melalui sistem dan manajemen yang cukup kompleks sekolah bertujuan untuk mencerdaskan dan membentuk pribadi seseorang menjadi lebih dewasa Papo, 1990 13. Dalam kultur masyarakat yang semakin jauh dari penghargaan nilai-nilai kemanusian dan moral, sekolah menjadi tempat yang strategis dalam membentuk, 36 melatih, dan mengembangkan semangat kewarganegaraan dalam siri anak didik melalui penanaman nilai-nilai moral. Sekolah menjadi wahana bagi aktualisasi pendidikan nilai. Di dalam sekolah siswa-siswi diharapkan belajar mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka terima secara langsung Doni, 2007 224-225. Uraian ini menegaskan bahwa sekolah bukan hanya mencerdaskan seseorang dalam bidang kognitif tetapi hal-hal yang bersifat rohani juga menjadi perhatian utama. Sekolah dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pribadi menjadi cerdas dan beriman. Hal ini juga senada dengan pandangan Konsili Vatikan II dalam dokumennya tentang pendidikan yakni, Gravissimum Educationis Di antara segala upaya pendidikan, sekolah mempunyai makna yang istimewa. Sementara terus-menerus mengembangkan daya kemampuan akal budi, berdasarkan misinya sekolah menumbuhkan kemampuan memberikan penilaian yang cermat, memperkenalkan harta warisan budaya yang telah dihimpun oleh generasi-generasi masa silam, meningkatkan kesadaran akan tata nilai, menyiapkan siswa untuk mengelola kejuruan tertentu, memupuk rukun persahabatan antara para siswa yang beraneka macam watak dan perangai maupun kondisi hidupnya, dan mengembangkan sikap saling memahami. Kecuali itu, sekolah bagaikan suatu pusat kegiatan kemajuan yang serentak harus melibatkan keluarga-keluarga, para guru, bermacam-macam perserikatan yang memajukan hidup berbudaya, kemasyarakatan dan keagamaan, masyarakat sipil dan segenap keluarga manusia GE, art. 5 Uraian artikel dokumen ini menegaskan kembali pentingnya sebuah sekolah guna perkembangan seseorang. Di sekolah tidak hanya diajari ilmu yang berkaitan dengan fisik dan akal budi, tetapi ilmu tentang nilai-nilai luhur hidup manusia juga diajarkan. Sekolah juga menjadi tempat terjalinnya rasa persahabatan antar pribadi yang berbeda-beda latar belakangnya. Sekolah menjadi promotor kemajuan di tengah masyarakat yang melibatkan semua pihak, sehingga sekolah bukanlah tanggung jawab para guru saja, tetapi merupakan tanggungjawab seluruh masyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Melalui peran strategisnya ini sekolah juga memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan iman seseorang. Karena melalui sekolah diajarkan berbagai macam ajaran yang telah tersusun secara sistematis guna memperkembangkan hidup beriman seseorang. Keadaan dan iklim belajar di sekolah misalnya, ketersediaan guru, sarana dan prasarana menjadi penunjang dalam proses perkembangan iman mereka yang sedang menempuh pendidikan di sekolah tersebut Doni, 2007 225. d. Lingkungan Masyarakat Kehidupan masyarakat sekitar memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan pribadi seseorang. Masyarakat yang terdiri dari orang yang tidak terpelajar dan memiliki kebiasaan tidak baik akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap pribadi anggota masyarakat lainnya, terlebih anak-anak dan kaum muda. Mereka akan tertarik untuk mengikuti dan berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Misalnya seseorang yang tinggal di lingkungan perokok, kemungkinan besar ia akan menjadi perokok Slameto, 2013 71. Lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan seseorang, termasuk perkembangan iman. Melalui lingkungan karakter dan kepribadian akan perlahan terbentuk sesuai dengan keadaan lingkungan. Hal ini juga berlaku terhadap perkembangan iman seseorang. Jika lingkungannya terdiri dari orang-orang yang tidak peduli terhadap perkembangan iman, maka kecenderungan untuk melakukan hal yang sama sangat besar. Oleh para ahli pemahaman ini disebut sebagai paham konvergensi yakni, pemahaman yang menganggap bahwa perkembangan ditentukan oleh lingkungan Suryabrata, 1982 11. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 D. Tantangan Perkembangan Iman Perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam bidang teknologi memberi dampak yang cukup signifikan terhadap peradaban manusia. Perubahan ini sering kali disebut modernisasi atau globalisasi. Iswarahadi 2013 46 mengungkapkan kembali pandangan Arthur yang menyatakan bahwa âglobalisasi adalah keseluruhan proses baik bidang industri, ekonomi, teknologi, maupun ilmu pengetahuanâ. Globalisasi âmerobohkanâ batas-batas regional suku, agama, bangsa yang membendung pengaruh dari luar. Di jaman ini informasi sangat berlimpah dan aksesnya terbuka lebar. Perkembangan ini memang patut disyukuri, tetapi di lain pihak perkembangan ini justru membawa dampak yang negatif. Media jaman ini lebih cepat mengubah hidup manusia dari pada agama. Masyarakat begitu mudah terbius oleh media, dan menganggap agama tidak cocok lagi untuk dijadikan dasar hidup jaman ini, karena tidak mampu menawarkan solusi yang instan Iswarahadi, 2013 48. Mangunhardjana 1997 5 mengatakan bahwa melalui berbagai alat media massa, radio, televisi, surat kabar, majalah dan internet berbagai macam peristiwa di belahan dunia dengan cepat diketahui banyak orang sehingga berbagai pemikiran, penemuan dan ideologi secara langsung maupun tidak langsung menyebar ke seluruh penjuru dunia. Peristiwa globalisasi inilah yang memicu munculnya berbagai macam ideologi baru. Ideologi-ideologi baru ini sering kali bertentangan dengan prinsip beriman. Berikut adalah ideologi-ideologi yang muncul akibat globalisasi dan menjadi tantangan dalam memperkembangkan iman di jaman ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 1. Pragmatisme Menurut Mangunharjana 1997 189 istilah pragmatis berakar pada bahasa Yunani pragmatikos dalam bahasa Latin menjadi pragmaticus. Secara harafiah pragmatikos adalah keahlian dalam urusan hukum, perkara negara dan dagang. Istilah ini dalam bahasa Inggris menjadi kata pragmatic yang artinya berkaitan dengan hal- hal praktis. Pragmatisme dapat diartikan sebagai pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan secara praktis di mana hasilnya dapat langsung dimanfaatkan. Pragmatisme berpendapat bahwa pengetahuan dicari bukan sekedar untuk diketahui, tetapi untuk mengerti masyarakat dan dunia. Pragmatisme lebih memprioritaskan tindakan daripada pengetahuan dan ajaran. Menurut kaum pragmatis otak berfungsi untuk membimbing perilaku manusia. Pemikiran, teori dan gagasan merupakan alat perencanaan untuk bertindak. Kebenaran segala sesuatu dibuktikan melalui tindakan atau realisasi. Jika tidak dapat dilaksanakan maka tidak dapat dipandang sebagai kebenaran. Kaum pragmatis beranggapan bahwa yang baik adalah yang dapat dilaksanakan dan dipraktikkan serta mendatangkan dampak positif bagi kehidupan. Karena itu baik buruk perilaku dan cara hidup ditinjau dari segi praktis, dampak yang terlihat serta manfaat bagi yang bersangkutan. Pandangan ini pada dasarnya sangat positif dan mampu membawa perubahan yang nyata dalam masyarakat. Karena menekankan korelasi antara perkataan dan perbuatan, sehingga perilaku munafik dalam masyarakat dapat dihindari. Akan tetapi, pragmatisme juga mengandung kelemahan-kelemahan yang sangat mendasar. Paham pragmatisme cenderung mempersempit kebenaran menjadi terbatas pada kebenaran yang dapat dipraktikkan. 40 Berdasarkan hal ini pragmatisme menolak kebenaran-kebenaran yang tidak secara langsung dapat dipraktikkan. Pandangan pragmatisme cenderung mengarah pada pendangkalan akan makna hidup, karena segala sesuatu dinilai berdasarkan nilai praktisnya. Pemikiran dan permenungan yang mendalam bukan menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan, sehingga makna hidup semakin direduksi dan terkikis. Sebagai akibat dari paham ini orang tidak percaya akan kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh agama. Terlebih dalam hal iman yang seringkali berkaitan dengan hal-hal abstrak dan sulit untuk dilaksanakan misalnya, kesetiaan suami terhadap istrinya, meskipun istrinya sering kali menghianati janji perkawinan mereka. 2. Individualisme Menurut Mangunhardjana 1997 107 individualisme berasal dari bahasa latin individuus, dalam kata sifatnya menjadi indiviualis yang berarti pribadiâ atau bersifat peroranganâ. Menurut paham individualisme pribadi memiliki kedudukan utama dan kepentingan pribadi merupakan urusan yang paling tinggi. Individualisme beranggapan bahwa dasar kehidupan etis adalah pribadi perorangan bukan kelompok. Norma yang menjadi acuan adalah kepentingan pribadi sehingga pengambilan keputusan akan berdasar pada selera pribadi, bukan pada nilai yang berlaku dan disepakati dalam masyarakat. Seseorang yang menganut paham individualisme akan bertindak berdasarkan dorongan sesaat insting. Jika dorongan tersebut terasa nyaman, maka tindakannya tersebut dianggap benar, dan sebaliknya jika dorongan tersebut terasa tidak nyaman dengan sendirinya ia akan menilai tindakan tersebut jahat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 3. Konsumerisme Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan secara sadar dan berkelanjutan. Perilaku ini menjadikan manusia sebagai pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan sangat sulit dihilangkan. Sifat konsumtif seseorang terus mengejar pemenuhan keinginannya, sehingga kebutuhan yang paling mendasar cenderung dilupakan. Konsumerisme akan menjadikan Tuhan sebagai sarana untuk memperoleh produk tertentu sehingga kebesaran Tuhan akan ditentukan dari kesanggupan-Nya memenuhi kebutuhan materi Mangunhardjana, 1997 120. 4. Hedonisme Hedonisme berasal dari bahasa Yunani hendone yang berarti kenikmatan. Hedonisme beranggapan bahwa nilai hidup tertinggi dan tujuan utama serta terakhir hidup manusia adalah kenikmatan. Hedonisme sering kali berhenti pada pencarian kenikmatan sensual, indriawi yang dapat dirasakan secara lebih cepat dan dekat. Oleh karena itu hedonisme sangat erat kaitannya dengan konsumerisme. Secara umum hedonisme dapat dipahami sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Prinsip ini sangat bertolak belakang dengan hidup beriman yang mengajarkan untuk saling berbagi dan rela berkorban untuk orang lain Mangunhardjana, 1997 90. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 E. Penghayatan dan Perwujudan Iman Banawiratma 1986 119-122 menyatakan bahwa iman bersifat otonom. Iman Kristiani sebagai jawaban dan penyerahan diri terhadap Allah disebut otonom, karena menyangkut seluruh hidup manusia. Otonomi yang dimaksud adalah hubungan yang berlandaskan kebebasan. Kendati merupakan kebebasan, bukan berarti dalam iman kita bisa memilih seperti halnya memilih barang duniawi. Dalam iman manusia berhadapan dengan Allah, nilai yang paling tinggi. Maka kebebasan akan terwujud jika ada jawaban yang bebas dari pihak manusia. Tanpa tanggung jawab dari pihak manusia, iman hanya akan menjadi angan-angan atau khayalan semata. Relasi akan terjalin jika manusia memberikan jawaban dari hati atas gema sapaan Allah. Bentuk jawaban manusia terhadap sapaan inilah yang disebut sebagai penghayatan dan perwujudan iman. Ungkapan iman adalah tindakan-tindakan yang secara eksplisit berhubungan dengan iman misalnya, doa-doa dan kewajiban religius lainnya. Sedangkan perwujudan iman adalah tindakan-tindakan yang tidak secara langsung berhubungan dengan iman, seperti menjalin relasi dengan umat agama lain, belajar dengan tekun, dll. Banawiratma 1986 120 mendefinisikan penghayatan iman sebagai heils-ethos etos keselamatan dan perwujudan iman sebagai welt-ethos etos duniawi. Etos keselamatan adalah perbuatan religius yang diatur oleh hukum-hukum agama. Sedangkan etos duniawi adalah perbuatan-perbuatan yang diarahkan oleh aturan-aturan akal sehat dan pertimbangan moral manusia. Penghayatan dan perwujudan iman terlaksana dalam lima tugas Gereja seperti yang digambarkan oleh Lukas dalam kehidupan jemaat perdana Kis 242-47. Pertama, mereka bertekun dalam pengajaran para rasul kerygma, kedua mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa liturgia, ketiga semua orang 43 yang telah dibaptis tersebut tetap menjadi satu koinonia, keempat, selalu ada dari mereka yang menjual hartanya untuk keperluan bersama diakonia, dan kelima, apa yang mereka lakukan disukai banyak orang martyria. Berdasarkan uraian ini maka penghayatan iman dan perwujudan iman bagi mahasiswa dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya sebagai berikut 1. Pengahayatan iman a. Liturgi Liturgia Liturgi adalah perayaan iman umat. Dalam hal ini iman berarti dihayati melalui kegiatan-kegiatan liturgis yang dilakukan secara konsisten. Bentuk nyata penghayatan iman dalam bidang ini adalah kebiasaan berdoa secara pribadi dan doa bersama. Doa tidak sama dengan mendaraskan rumus-rumus hafalan. Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Oleh sebab itu berdoa tidak membutuhkan banyak kata-kata, tidak terikat waktu dan tempat tertentu serta tidak menuntut gerak-gerik yang khusus KWI, 2012 393. Dalam liturgi yang utama bukanlah sifat âresmiâ atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah karya Kristus sang Imam Agung serta Tubuh-Nya, yakni Gereja. Oleh karena itu liturgi bukan hanya kegiatan suci yang sangat istimewa, tetapi juga sebagai wahana utama untuk menghantar Gereja ke dalam persatuan dengan Kristus SC, art. 7. Penghayatan iman dalam bidang liturgi dapat dilihat dari partisipasi aktif dalam perayaan-perayaan sakramen misalnya, mengikuti misa pada hari minggu dan misa harian, kegiatan doa di lingkungan, menerima sakramen tobat serta doa-doa pribadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam usaha membina iman anak demi berkembangnya iman menuju kedewasaan, kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh secara dominan dalam perkembangan anak, yakni keluarga, sekolah, teman sebaya dan kemajuan teknologi, khususnya media Banyu Dewa, 20089. Dalam keluarga, anak harus dihantar untuk menjalin relasi dengan Tuhan melalui suatu peristiwa maupun sarana yang ia temukan. Hal tersebut dikarenakan bahwa perkembangan iman seseorang dipengaruhi oleh suatu pengalaman mengalami kehadiran Allah secara langsung dalam hidupnya Allen, 198220. Bila anak-anak secara teratur dipupuk dalam iman melalui doa serta pengajaran Alkitab dalam keluarga yang penuh kasih, dan hidup dalam lingkungan Kristen yang membangun, kemungkinan besar mereka akan bertemu dengan Allah yang hidup dan imannya berkembang secara mendalam dan mantab. Menurut Gabriella 199111, kesadaran akan Tuhan dalam keluarga timbul melalui rutinitas harian. Demikian pula iman, semua terjadi dalam kesaksian hidup harian, dan di situlah anak mengenal Allah. Iman berkembang dan disuburkan dari hari ke hari secara tidak dirumuskan. Secara jelas dikatakan oleh Gabriella, bahwa untuk menyadari kasih Allah tidak melulu terjadi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Justru dalam rutinitas sehari-harilah anak dapat mengenal Allah dengan merasakan kasih Allah secara nyata dalam kesehariannya. Dengan begitu, dari hari ke hari iman akan semakin bertumbuh dengan sendirinya. Dalam faktor di sekolah, anak usia sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan fisik, intelek, sosial dan rohani karena anak-anak usia sekolah memiliki kemampuan untuk menyerap segala informasi yang ia dapatkan dengan sangat cepat. Menurut Gabriella 199115, sekolah sebagai tempat pembudayaan manusia dari sudut katekese/pelajaran agama merupakan wadah pembudayaan hidup yang dijiwai semangat Injil. Pelajaran agama, katekese dan berbagai kegiatan perayaan iman yang terjadi di sekolah menjadi kesempatan bagi anak untuk mengkaji nilai-nilai Kristiani. Sekolah merupakan tempat manusia dididik, dilatih dan dikembangkan dalam segala hal termasuk dalam hal rohani. Melalui pelajaran agama, anak belajar untuk mengetahui dan ikut ambil bagian dalam kegiatan rohani agar kehidupan rohani atau imannya semakin terarah dan berkembang. Teman sebaya merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak setelah orang tua. Bermain, bercanda, bercengkrama dengan teman sebaya merupakan rutinitas wajib bagi anak-anak. Melakukan kegiatan dengan teman sebaya, memberi sumbangan besar bagi perkembangan anak. Melalui hubungan sosialnya dengan orang lain, hati nurani mulai menunjukkan perkembangan menuju kedewasaan. Pengertian akan dosa dan pengampunan bertumbuh serta peraturan- peraturan mulai menjadi penting dalam upacara-upacara ibadah, juga dalam permainan. Anak sudah dapat membedakan antara Allah dan orang tua mungkin juga dapat membedakan antara Allah Bapa dan Tuhan Yesus. Anak usia sekolah mulai menggunakan konsep abstrak untuk menggambarkan Allah Allen, 198242. Kemajuan teknologi, khususnya media membawa pengaruh bagi perkembangan anak dalam berbagai faktor baik positif atau negatif. Pola hidup masyarakat saat ini sangat maju dan serba canggih. Anak-anak turut dimanjakan dengan berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai sarana pengganti mainan dan teman bermain, media elektronik maupun cetak nampaknya memiliki daya pikat terhadap anak-anak di jaman sekarang. Menurut Endang Ekowarni dkk, kehadiran televisi maupun media massa lain dalam kehidupan anak merupakan bagian dari sistem sosial, di mana anak tumbuh dan berkembang di dalamnya 200325. Dari media elektronik maupun media yang lain, selain pengetahuan atau hiburan, anak juga dapat mengakses segala hal yang ingin diketahui sehingga anak dapat cepat berkembang. Tentu saja kemajuan teknologi tidak hanya membawa pengaruh positif saja, tetapi juga ada pengaruh negatif yang ditimbulkan. Untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan, dalam menggunakan media elektronik atau media yang lain, orang tua perlu mendampingi anak dengan memilah program atau informasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi anak. Demikian halnya dengan iman, kemajuan teknologi dapat membantu anak dalam belajar mengenal Allah melalui tayangan-tayangan yang dapat merangsang kepekaan sosial, menambah pengetahuan tentang tradisi Gereja dan ajaran-ajaran Kristiani dsb, karena iman tumbuh melalui penglihatan dan pendengaran. b. Faktor Penghambat Perkembangan Iman Anak Anak-anak sangat sensitif terhadap hal-hal yang ada atau yang terjadi di sekitarnya. Keluarga, lingkungan dan kehidupan sosialnya dapat berpegaruh bagi perkembangan moral, sosial, psikologi, dan rohani anak Hurlock, 1988216. Anak- anak dikelilingi oleh orang tua, saudara, nenek, kakek dan lainnya. Suasana atau keadaan yang ada sangat mempengaruhi apalagi jika anak tengah berada dalam keadaan orang tua yang telah pecah. Selain itu anak-anak juga dipengaruhi oleh pandangan-pandangan dan sikap hidup mereka yang dapat membawa dampak pada relasi anak dengan pribadi yang ada di sekitarnya dan juga relasi anak dengan Tuhan Setyakarjana, 19977. Anak yang berada dalam situasi keluarga yang bermasalah akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik moral, psikologi, kepribadian, sosial, dan rohani anak. Karena dengan melihat dan merasakan secara langsung suasana atau keadaan keluarga yang carut marut, hal itu akan membebani anak karena terbawa dalam kehidupan si anak itu sendiri. Oleh karena itu kestabilan rohani orang tua begitu penting bagi perkembangan rohani anak Allen, 198227 karena anak belajar dari cara hidup orang tuanya. Orang tua yang memiliki cara hidup sebagai seorang Kristiani dalam keluarga, minat anak akan tumbuh dengan sendirinya mengenai unsur-unsur agama yang ia lihat dari orang tuanya. Pada masa kanak-kanak, ada dorongan yang kuat untuk bergaul dengan orang lain dan ingin diterima oleh orang lain Hurlock, 1988251. Pada anak usia sekolah, anak-anak tertarik dalam menjalin relasi dengan orang lain terutama teman sebaya. Umumnya orang-orang mengikuti perkembangan tuntutan sosial agar dapat diterima dalam kelompok mereka. Menurut Hurlock 1988251, penyesuaian diri terhadap tuntutan sosial memang memiliki banyak manfaat yang positif seperti belajar hidup bermasyarakat dengan orang lain, kemampuan berbicara semakin berkembang dan pengetahuan umumnya semakin luas dan sebagainya. Akan tetapi, tuntutan sosial yang sedemikian rupa berkembangnya seiring perkembangan jaman juga membawa dampak buruk bagi perkembangan rohani anak-anak. Anak-anak mudah terpengaruh oleh teman sebayanya. Apalagi jika mereka terpengaruh pada teman sebaya yang kurang minat bahkan mungkin sama sekali tidak berminat pada hal-hal rohani. Iman yang semula sudah mulai berkembang, perlahan-lahan akan semakin merosot. Setiap krisis yang dialami pada masa anak-anak bisa memberikan peluang bagi timbulnya krisis rohani Allen, 198214. Krisis bisa terjadi karena unsur dari luar dan dari dalam diri anak itu sendiri. Krisis hidup seperti masalah uang, putus persahabatan, keluarga dll. Sedangkan krisis dari dalam diri lebih ke unsur kurangnya kepercayaan diri yang dapat membahayakan perkembangan iman anak.
A. adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah keluarga yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, sunah-sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditegakkan dan terjaga dari kemungkaran, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang taat dan karena itu, setiap orang tua muslim harus memperhatikan kondisi rumahnya. Ciptakan suasana yang Islami, tegakkan sunnah, dan hindarkan dari kemungkaran. Mohonlah pertolongan kepada Allah agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang bertauhid, berakhlak dan beramal sesuai dengan sunnah Rasulullah serta mengikuti jejak para salafush-shalih. B. merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan, yang dibawa masing-masing anak dari lingkungan dan kondisi rumah tangga yang juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya serta kepribadian. Bagaimanakah keadaan mereka? Apakah memiliki komitmen terhadap aqidah yang lurus? Ataukah sebagai pengekor budaya dan pemikiran barat yang rusak? Ataukah para pengajar memiliki pemikiran dan keyakinan yang dibangun berdasarkan nilai agama? Ataukah hanya sekedar pengajar yang menebarkan racun pemikiran dan budaya busuk, sehingga menghancurkan anak-anak kita?Seorang pengajar adalah merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru, sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. Oleh sebab itu, seorang pengajar harus membekali diri dengan ilmu dĂźn agama yang ShahĂźh sesuai dengan pemahaman Salafush-Shalih dan akhlak yang mulia, serta rasa sayang kepada anak tidak kalah penting, dalam membentuk kepribadian anak di sekolah, adalah kurikulum pendidikan. Apakah kurikulum tersebut berasal dari manhaj Islam, sehingga dapat mendukung untuk menegakkan ajaran Allah, sunnah Rasul dan ajaran Salafus-Shalih? Ataukah hanya sekedar menegakkan nilai dan wawasan kebangsaan, semangat nasionalisme dan kesukuan? C. Media Elektronik dan media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian anak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua media ini, maka tidak jarang anak-anak akan tumbuh menjadi anak sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media Radio dan TelevisiDunia telah terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam chenel TV. Sarana-sarana informasi, baik melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang sangat berbahaya dalam merusak pendidikan sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru, menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media itu juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal para musuh Islam untuk menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan kepribadian islami pada generasi muda, karena para musuh selalu membuat rencana dan strategi untuk menghancurkan para pemuda Islam, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
faktor faktor yang mempengaruhi iman