Kankerpayudara saat ini menjadi kanker yang paling sering menyerang perempuan di seluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tersering pada perempuan dengan rerata 1,3 juta kasus baru dan sekitar 458.000 kematian akibatnya (Ellen, 2011). Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara
Kankerserviks disebabkan oleh sejumlah faktor ekstrinsik, yaitu jarang ditemukan pada perawan, insidensi lebih tinggi pada pasien yang telah kawin daripada yang belum kawin karena
LihatJuga. Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 oleh: Rhina Chairani Lubis Terbitan: (2018) ; Pengaruh Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual terhadap Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 oleh: Rhina Chairani Lubis, Fazidah
Faktorini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang
21.4 Jenis Kanker Serviks Ada dua jenis utama kanker serviks, yaitu: 1. Sel skuamosa (epidermoid) yaitu berasal dari luar bagian leher rahim yang menjorok ke dalam vagina.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang menyerang bagian serviks atau leher rahim wanita. Sayangnya, keberadaan kanker ini seringkali baru terdeteksi ketika kondisinya sudah cukup parah. Agar dapat mengurangi risiko yang dimiliki, penting bagimu mengetahui apa penyebab kanker serviks. Penyebab dan faktor risiko kanker serviks Pada dasarnya, penyebab penyakit kanker serviks belum dapat dipastikan. Tapi, penyakit ini dimulai ketika sel-sel sehat atau normal pada leher rahim mengalami mutasi atau perubahan DNA sehingga menjadi sel-sel abnormal. Sel-sel tersebut kemudian tumbuh dan berkembang dengan cepat serta tidak Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, pada tahun 2020, terdapat sekitar wanita yang terdiagnosis mengalami kanker serviks. Penyakit ini juga menyebabkan kematian di seluruh dunia. Walau penyebab pastinya belum diketahui, ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker leher rahim. Berikut sederet faktor penyebab kanker serviks yang perlu diperhatikan 1. Infeksi HPV atau human papillomavirus Sebagian besar kasus kanker serviks berkaitan dengan infeksi HPV atau human papilloma virus. HPV adalah sekelompok virus, bukan hanya satu jenis virus. Terdapat sekitar 100 jenis dari virus ini, tapi hanya jenis tertentu yang dapat memicu kanker serviks. Adapun jenis virus HPV yang paling umum jadi penyebab kanker serviks adalah HPV-16 dan HPV-18. Wanita berisiko tertular virus HPV apabila ia aktif melakukan hubungan seksual yang Virus HPV juga dapat menjadi penyebab jenis kanker lainnya, baik pada pria maupun wanita. Misalnya, kanker vagina, kanker penis, kanker anus, kanker vulva, kanker mulut, kanker tenggorokan, dan lainnya. Namun, terkadang ada virus HPV yang tidak menimbulkan gejala apa pun. Kamu mungkin bisa menemukannya pada kutil kelamin, maupun kelainan abnormal lainnya pada kulit. 2. Perilaku seks berisiko Melakukan hubungan seks yang berisiko bisa menjadi faktor penyebab kanker serviks Salah satu faktor penyebab kanker serviks yang paling tinggi adalah kebiasaan melakukan hubungan seksual yang berisiko. Perilaku ini termasuk aktif secara seksual sejak usia 18 tahun, melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, atau berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi HPV. Semakin banyak jumlah orang yang pernah melakukan hubungan seks denganmu atau berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi HPV, semakin tinggi pula risikomu untuk tertular infeksi HPV yang menjadi penyebab kanker serviks. 3. Infeksi menular seksual Jika sebelumnya kamu memiliki riwayat terkena infeksi menular seksual, risiko untuk mengalami kanker serviks juga akan semakin tinggi. Salah satu jenis infeksi menular seksual yang bisa menjadi penyebab kanker serviks adalah klamidia. Klamidia adalah penyakit pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini biasanya dapat menular melalui kontak Beberapa hasil studi menyebutkan bahwa bakteri penyebab klamidia dapat membantu virus HPV tumbuh pada area reproduksi sehingga meningkatkan risiko kanker serviks. Sayangnya, penyakit klamidia yang dialami oleh wanita terkadang tidak menimbulkan gejala yang mencolok. Akibatnya, kamu mungkin tidak tahu kalau mengidap penyakit seksual ini sampai menjalani pemeriksaan ke dokter. Selain klamidia, infeksi menular seksual lain juga bisa menjadi penyebab penyakit kanker serviks, termasuk gonore, sifilis, dan HIV/AIDS. Baca Juga Seputar Vaksin Kanker Serviks bagi Wanita 4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah Faktor risiko yang dapat meningkatkan penyebab kanker serviks adalah sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ketika sistem imun tubuh lemah, virus HPV akan lebih mudah untuk masuk dan berkembang di dalam tubuh. Umumnya, kondisi ini lebih rentan dialami oleh orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS. Selain itu, wanita yang menggunakan obat untuk menekan daya tahan tubuh imunosupresan, seperti pengobatan penyakit autoimun, juga berisiko untuk terinfeksi HPV yang menjadi penyebab kanker leher rahim. 5. Pemakaian pil KB Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pil KB atau kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama juga menjadi penyebab kanker serviks. Akan tetapi, setelah kamu tidak lagi menggunakan pil KB, faktor risiko ini dapat menurun. Bahkan, kondisinya bisa kembali normal setelah kamu berhenti minum pil KB. Maka dari itu, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan minum pil KB, terutama jika kamu memiliki satu atau lebih faktor risiko kanker serviks. Konsultasi dengan dokter juga bertujuan mengetahui risiko lain atau efek samping yang mengintai di balik penggunaan pil KB. 6. Hamil di usia terlalu muda Hamil pada usia terlalu muda atau kurang dari usia 20 tahun juga meningkatkan risiko terkena kanker leher rahim. Perempuan yang hamil pertama kali sebelum berusia 20 tahun memiliki risiko terkena kanker serviks di kemudian hari yang lebih tinggi daripada perempuan yang hamil di usia 25 tahun atau lebih. 7. Sudah beberapa kali hamil Wanita yang pernah hamil dan melahirkan lebih dari 3 kali juga diduga lebih berisiko untuk terkena kanker serviks. Hal ini dapat terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang melemah dan perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan. Akibatnya, seseorang menjadi lebih rentan terhadap penularan infeksi HPV. 8. Kebiasaan merokok Merokok tidak hanya membahayakan pelakunya, tapi juga orang lain di sekitarnya perokok pasif. Bahkan, tak hanya paru-paru, organ tubuh lain juga dapat rusak akibat zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Zat-zat ini akan diserap ke dalam paru-paru dan dibawa ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Tak ayal apabila kebiasaan merokok pada wanita dapat meningkatkan risiko kanker serviks 2 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Zat berbahaya dalam rokok diduga memicu rusaknya DNA pada sel-sel serviks sehingga berpotensi memicu kanker leher rahim. Di samping itu, kebiasaan merokok juga dapat membuat sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efektif dalam melawan HPV. 9. Riwayat kanker serviks dalam keluarga Faktor keturunan bisa meningkatkan risiko kanker serviks Faktor keturunan termasuk hal yang dapat meningkatkan risiko kanker Sebagai contoh, apabila memiliki ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher rahim, risikomu untuk terkena penyakit yang sama juga akan tersebut lebih tinggi. Namun, tidak diketahui secara pasti apakah hal ini terkait dengan kesalahan gen yang diturunkan atau karena perilaku berisiko, seperti merokok. 10. Usia Wanita yang berusia di bawah 20 tahun jarang terkena kanker serviks. Namun, risikonya dapat meningkat antara usia remaja akhir dan pertengahan usia 30-an. Baca Juga Apakah Cara Mendeteksi Kanker Serviks Melalui Darah Haid Bisa Dilakukan? 11. Pola hidup tidak sehat Pola hidup tidak sehat juga bisa menjadi penyebab kanker serviks. Wanita yang memiliki kebiasaan makan kurang sehat, termasuk tidak mengonsumsi sayur dan buah, dapat memicu kondisi ini. Selain itu, wanita yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas lebih berisiko untuk mengalami kanker leher rahim. 12. Paparan obat diethylstilbestrol DES Diethylstilbestrol adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk mencegah keguguran antara tahun 1938-1971. Wanita yang ibunya mengonsumsi DES saat hamil berisiko mengembangkan adenokarsinoma sel jernih pada vagina atau Risiko ini menjadi lebih tinggi pada wanita yang ibunya mengonsumsi DES, khususnya selama 16 minggu pertama kehamilan. Sementara jenis kanker ini sangat jarang dialami oleh terjadi pada wanita yang belum pernah terpapar DES. Usia rata-rata wanita yang didiagnosis dengan adenokarsinoma sel jernih terkait DES adalah 19 tahun. Namun, tidak ada batasan usia yang aman dari kondisi tersebut bagi wanita yang terpapar DES saat berada dalam rahim. Walau begitu, sebuah penelitian dalam Journal of Genital Tract Disease, menemukan bahwa kondisi ini jarang terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun. Bahkan, tidak ditemukan kasus kanker serviks atau vagina yang berhubungan dengan DES setelah usia 65 tahun. Itulah beberapa penyebab penyakit kanker serviks yang dapat terjadi. Penting untuk mewaspadai sejumlah faktor yang bisa dihindari agar jauh dari penyakit tersebut. Catatan SehatQ Ada sejumlah faktor penyebab yang meningkatkan risiko kanker serviks, dari infeksi HPV, perilaku seks berisiko, infeksi menular seksual, riwayat kehamilan, usia, hingga pola hidup tidak sehat. Penting untuk melakukan skrining serviks secara teratur guna mencegah kanker serviks. Dengan ini, perubahan sel abnormal pada area ini dapat terdeteksi sedini mungkin. Skrining kanker serviks seperti pap smear dapat dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk wanita berusia 21-65 tahun. Baca Juga Obat Alami Kanker Serviks, Benarkah Ampuh? Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai penyebab kanker serviks, kamu bisa mengunjungi klinik online spesialis onkologi di aplikasi kesehatan keluarga Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang!
ArticlePDF AvailableAbstractAbout cervical carcinoma new cases are found with more than death cases annually Rasjidi, 2009. Cervical cancer is the highest prevalence of disease among women in Indonesia, it is equal to 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Cervical cancer is caused by multifactors which are able to increase cervical cancer case, one of risk factors is personal hygiene. This study aims to analyze cervival cancer risk diff erence based on personal hygiene which consists of vaginal antiseptic usage, frequency of changing underpants, frequency of changing napkins, water utilization for vagina, public toilet utilization, vaginal discharge history, joint towel and underpants among childbearing women. This study is a case control study which case groups are 15–49 old women with cervical carcinoma, while control groups are 15–49 years old women and are undiagnosed cervical cancer. The result of this study showed that joint underpants has the highest Risk Diff erence RD = 95% CI It is recommended for women to keep personal hygiene. Keyword personal Hygiene, Cervical Cancer, Cervical Cancer risk Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 82PERBANDINGAN RISIKO CA SERVIKS BERDASARKAN PERSONAL HYGIENE PADA WANITA USIA SUBUR DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYACERVICAL CANCER RISK DIFFERENCE BASED ON PERSONAL HYGIENE AMONG CHILDBEARING AGE WOMEN AT YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYANessia Rachma Dianti, IsfandiariDepartemen EpidemiologiFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya Email nessiarachmadianti About cervical carcinoma new cases are found with more than death cases annually Rasjidi, 2009. Cervical cancer is the highest prevalence of disease among women in Indonesia, it is equal to 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Cervical cancer is caused by multifactors which are able to increase cervical cancer case, one of risk factors is personal hygiene. This study aims to analyze cervival cancer risk diff erence based on personal hygiene which consists of vaginal antiseptic usage, frequency of changing underpants, frequency of changing napkins, water utilization for vagina, public toilet utilization, vaginal discharge history, joint towel and underpants among childbearing women. This study is a case control study which case groups are 15–49 old women with cervical carcinoma, while control groups are 15–49 years old women and are undiagnosed cervical cancer. The result of this study showed that joint underpants has the highest Risk Diff erence RD = 95% CI It is recommended for women to keep personal hygiene. Keyword personal Hygiene, Cervical Cancer, Cervical Cancer riskAbstrak Setiap tahun, sebanyak ditemukan kasus baru ca serviks dengan jumlah kematian lebih dari Rasjidi, 2009. Di Indonesia ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 Kemenkes RI, 2015. Banyak faktor yang meningkatkan kejadian ca serviks salah satunya yaitu kebersihan diri. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan besar risiko ca serviks berdasarkan kebersihan diri yang meliputi penggunaan antiseptik, frekuensi mengganti pembalut, frekuensi mengganti celana dalam, penggunaan air untuk organ kewanitaan, penggunaan toilet umum, riwayat keputihan, riwayat bertukar handuk dan riwayat bertukar celana dalam pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya. Studi ini merupakan studi kasus kontrol dengan sampel kasus yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun yang terdiagnosis ca serviks dan sampel kontrol yaitu wanita usia subur berusia 15–49 tahun dan tidak terdiagnosis ca serviks. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa riwayat bertukar pakaian dalam memiliki perbandingan besar risiko ca serviks terbesar RD = 95% CI Dianjurkan kepada wanita untuk menjaga kebersihan diri. Kata kunci kebersihan diri, Kanker Serviks, risiko Kanker ServiksPENDAHULUANKanker merupakan salah satu penyebab kematian utama pada manusia di seluruh dunia. Data American Cancer Society 2008 menunjukkan bahwa sebesar kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2008 dan hampir setengah dari kasus tersebut berujung pada kematian. Setiap tahunnya, sebanyak kasus baru ca serviks ditemukan dengan jumlah kematian lebih dari Rasjidi, 2009. Di Indonesia sendiri, ca serviks merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi pada wanita yaitu sebesar 0,80/00 kemenkes RI, 2015. Menurut Diananda 2007, banyak faktor yang meningkatkan kejadian ca serviks yaitu faktor sosiodemografi s meliputi usia, status sosial dan ekonomi, serta faktor aktivitas seksual meliputi usia pertama kali pada saat melakukan hubungan seks, riwayat berganti pasangan seks, paritas, kebersihan genital yang kurang, merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lebih dari 4 tahun. 83Nessia Rachma D dan Isfandiari, Perbandingan Risiko Ca Serviks Ber…Sekitar kasus ca serviks terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Penyebab ca serviks utamanya adalah infeksi kronik oleh HPV Human Papiloma Virus namun faktor resiko ca serviks yang memicu sangatlah beragam salah satunya kebersihan diri yang buruk. Kebersihan diri yang buruk merupakan salah satu faktor risiko ca serviks, wanita yang memiliki kebersihan diri yang buruk memiliki risiko ca serviks 19,386 kali lebih besar daripada wanita yang memiliki kebersihan diri yang estimasi, Provinsi Jawa Timur memiliki penderita kanker kedua terbanyak di Indonesia setelah Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar kasus Menkes RI, 2013. Provinsi Jawa Timur memiliki estimasi jumlah penderita ca serviks terbanyak nomor satu di Indonesia yaitu sekitar kasus Menkes RI, 2013. Menurut Kartikawati 2013, personal hygiene yang tidak baik serta penggunaan pembalut yang tidak berkualitas serta mengandung bahan pemutih dioksin dapat menguap apabila berekasi dengan darah menstruasi, hal ini berakibat pada penghambatan sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Penggunaan pantyliner sehari-hari juga dapat memperngaruhi kelembaban serta merangsang tumbuhnya bakteri pathogen yang dapat memicu ca serviks. Menurut Bustan 2007, perempuan dengan personal hygiene yang buruk memiliki risiko ca serviks lebih besar untuk terkena ca serviks daripada perempuan dengan personal hygiene yang Serviks ini merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan leher rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel skuamosa ini terletak antara rahim dan liang senggama. Tumor ganas yang terjadi disebabkan karena adanya penggandaan sel akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat dari sel ganas ini yaitu dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh darah maupun getah bening sehingga merusak fungsi jaringan Yatim, 2005. Penyebab utama ca serviks ini adalah infeksi dari virus bernama Human papilloma Virus HPV. HPV yang sudah dapat teridentifikasi sampai saat ini yaitu sebanyak 138 jenis dan 40 di antaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Virus HPV yang dapat menyebabkan ca serviks yaitu virus HPV risiko sedang maupun tinggi. HPV risiko tinggi yang dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel serviks adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69. Tipe virus HPV tersebut dapat menular lewat hubungan seksual. Beberapa penelitian menyatakan bahwa sebesar 90% ca serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini, HPV tipe 16 telah menyebabkan lebih dari 50% ca serviks. Seseorang yang sudah terinfeksi virus HPV 16 maka memiliki kemungkinan terkena ca serviks sebesar 5% Rasjidi, 2009.Faktor yang mempengaruhi ca seviks adalah usia pertama kali menikah, aktivitas seksual yang tinggi dan riwayat berganti pasangan, penggunaan antiseptik, rokok, paritas, penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama, dan personal hygiene yang buruk Diananda, 2007.Usia menikah ≤ 20 tahun merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian ca serviks karena sel mukosa belum benar-benar matang untuk melakukan hubungan seksual sehingga sangat rentan terhadap rangsangan dari luar. Busmar 1993, mengemukakan bahwa hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko untuk terkena ca serviks, selain karena masih berkembangnya sel-sel serviks kemudian dipacu rangsangan dari sel mani yang berasal dari hubungan seksual. Sel mukosa baru benar-benar matang umumnya setelah wanita berusia di atas 20 tahun. Apabila sel-sel mukosa dalam rahim dipaksa untuk menerima rangsangan dari luar, hal ini berisiko untuk membentuk lesi pra kanker yang bisa menjadi kanker ditambah dengan zat-zat kimia yang terbawa oleh sperma. Sel mukosa serviks yang tidak siap menerima rangsangan dari luar bisa berubah sifat menjadi kanker. Selain itu, sel mukosa yang belum matang dapat tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati apabila terlalu banyak menerima rangsangan dari luar. Pertumbuhan sel yang tidak seimbang dan abnormal ini akan berubah pula menjadi sel dengan aktivitas seksual dan sering berganti-ganti pasangan akan 84 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016 82–91memiliki risiko untuk mengalami ca serviks karena dengan semakin tinggi aktivitas seksual dan riwayat berganti-ganti pasangan akan memperbesar kemungkinan penularan penyakit kelamin serta memperbesar kemungkinan HPV masuk ke dalam rahim. Virus ini yang nantinya akan membuat sel mukosa menjadi abnormal sebagai pemicu lain selain faktor riwayat seksual adalah merokok. Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk mengalami ca serviks daripada wanita yang tidak merokok. Hal ini dikarenakan nikotin dalam rokok mempermudah semua selaput lendir termasuk sel mukosa dalam rahim untuk menjadi terangsang. Rangsangan yang berlebihan ini akan memicu kanker. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah nikotin yang mampu menyebabkan ca yang sering melahirkan berisiko untuk terkena ca serviks, apalagi dengan jarak persalinan yang terlalu pendek. Semakin sering seorang wanita melahirkan, maka semakin besar risiko untuk terkena ca serviks karena semakin banyak lesi yang terdapat pada organ reproduksi dan memudahkan HPV masuk ke dalam kontrasepsi oral selama lebih dari empat tahun akan meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari penggunaan kontrasepsi oral terhadap ca serviks masih kontroversial karena ada beberapa penelitian yang gagal menemukan peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral. Penelitian Wahyuningsih 2014, menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki risiko 42 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibandingkan wanita yang menggunakan pil KB 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut sebagai faktor risiko terjadinya efek. Sementara itu, jika nilai OR 4 berisiko 2,36 kali lebih besar untuk menderita kanker serviksSyatriani, 2011. ...DESLIFIANI LISMANIAR Wulan SariSri Wardani WardaniAldiga Rienarti AbidinKanker serviks merupakan jenis tumor ganas yang menyerang lapisan permukaan dari serviks. Kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau penyakit tiga besar pada tahun 2019 setelah kanker payudara dan kanker ovarium. Jumlah kasus baru dan kematian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad dari tahun 2016 hingga tahun 2019 terus meningkat, sehingga didapatkan CFR kanker serviks pada tahun 2018 sebesar 17,30% dan tahun 2019 sebesar 17,37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2020. Jenis penelitian ini analitik kuantitatif dengan desain case control. Lokasi penelitian di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Populasi kasus penelitian ini adalah seluruh penderita kanker serviks di RSUD Arifin Achmad berjumlah 670 orang dan populasi kontrol adalah wanita yang merupakan kerabat dari populasi kasus dan tidak terdiagnosa kanker serviks. Sampel kasus sebanyak 47 orang dan sampel kontrol sebanyak 94 orang. Teknik sampling menggunakan accidental sampling. Alat ukur dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Analisis data dengan univariat dan bivariat chi-square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara usia OR 16,275 95% CI 5,865-45,164, tingkat pendidikan OR 12,190 95% CI 4,894-30,365, paritas OR 11,541 95% CI 4,953-26,889, usia pertama kali berhubungan seksual OR 7,893 95% CI 3,591-17,348, berganti pasangan seksual OR 4,811 95% CI 1,539-15,041 dengan kejadian kanker serviks di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pendidikan, membatasi jumlah kelahiran, menghindari hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan tidak berganti pasangan seksual guna mencegah kejadian kanker serviks. Cervical cancer is a type of malignant tumor that attacks the surface layer of the cervix. The incidence of cervical cancer at Arifin Achmad Hospital, Riau Province, was the top three disease in 2019 after breast cancer and ovarian cancer. The number of new cases and deaths of cervical cancer at Arifin Achmad Hospital from 2016 to 2019 continued to increase, so that the CFR of cervical cancer in 2018 was and in 2019 was This research goal to determine the risk factors related with the cervical cancer cases in Arifin Achmad Hospital, Riau Province in 2020. This research type is quantitative analytic with a case control design. The research location at Arifin Achmad Hospital, Riau Province. The case population of this research were 670 cervical cancer patients at the Arifin Achmad Regional Hospital and the control population was women who were relatives of the case population and were not diagnosed with cervical cancer. The case sample was 47 people and the control sample was 94 people. The sampling technique used accidental sampling. The measuring tool in data collecting is a questionnaire. Data analysis was using univariate and bivariate chi-square. The results showed that there were a significant relationships between age OR 16,275 95% CI 5,865-45,164, education level OR 12,190 95% CI 4,894-30,365, parity OR 11,541 95% CI 4,953-26,889, age at first sexual intercourse. OR 7,893 95% CI 3,591-17,348, changing sexual partners OR 4,811 95% CI 1,539-15,041 with the incidence of cervical cancer in Arifin Achmad Hospital, Riau Province. It be hoped that the society can improve education, limiting the number of births, avoid sex before 20 years old, and do not change sexual partners to prevent cervical Nur HidayahViantika KusumasariSuryatiBackground Cervical cancer is a malignant tumor due to the growth of abnormal cells in the female reproductive system. The prevalence of cervical cancer is highest in DIY 4,86 per 1000 population. One of cause cervical cancer is infection of HPV virus that can be caused by age of marriage. Objetive The purose of this study was to determine the relationship of the marriage age with the incidence of cervical cancer. Method The method used in the research is case control study. Sampling technique is purposive sampling. This study used 76 samples, consisting of 38 case groups and 38 control groups. The data were analyzed by chi-squere test. Result Most respondent at the case group first married at age 4 OR = 2,360, status sosial ekonomi OR = 4,087, dan pasangan pria yang tidak disirkumsisi OR = 2,092 merupakan faktor risiko kejadian kanker kunci Kanker serviks, pembalut, sabun, status sirkumsisiAbstractCervical cancer is the most malignant tumor in women in the world particularly in developing countries including Indonesia. In 2007, the number of cervical cancer patients in Dr. Wahidin Sudirohusodo Government General Hospital were 231 cases, declined to 220 in 2008 and further declined to 167 cases in 2009. The aim of this study is to discover the risk of cervicalcancer associated with the use of pads, the use of soap, economic status, and male partners who are not circumcised. The design of this study is a case control. Samples are randomly taken from 213 gynecological patients. Data was collected by interview through the use of a questionnaire. Results of research with analysis of OR showed that the use of low-quality pads OR = 2,320, the use of soap pH > 4 OR = 2,360, socioeconomic status OR = 4,087, and male partners who are not circumcised OR = 2,092 are the risk factors for cervical cancer. Key words Cervical cancer, pad, soap, circumcised statusAir Kotor Bisa Menjadi MediaAnonimAnonim. 2014. Air Kotor Bisa Menjadi Media Penularan Kanker Serviks. Tersedia di air-kotor-bisa-menjadi-media-penularankanker-serviks/ [sitasi 9 juni 2016]Kumpulan naskah lengkap simposium kanker pembunuh nomor satuB BusmarBusmar, B. 1993. Kanker leher rahim. Kumpulan naskah lengkap simposium kanker pembunuh nomor satu. Jakarta Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta Rineka Cipta Dewi, Sawitri, Adiputra, N. 2013. Paparan Asap Rokok dan Higieni Diri Merupakan Faktor Risiko Lesi Prakanker Leher Rahim di Kota Denpasar Tahun 2012. Public Health and Preventive Medicine Archive. 11.R DianandaDiananda, R. 2007. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta Personal Hygiene Organ Genital dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUP DrT IndrawatiH FitriyaniIndrawati, T., Fitriyani, H. 2012. Hubungan Personal Hygiene Organ Genital dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUP Dr. Kariyadi Kota Semarang. Dinamika Kebidanan. 21.Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke BlutoR IndriyaniY IndriyawatiIgd PratiwiIndriyani, R., Indriyawati, Y., Pratiwi, IGD. 2012. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi MA Al-Hikmah Aeng Deke kesehatan Wiraraja Medika. http// article/download/44/25. [sitasi 2 juni 2016].Analisis Perilaku Konsumen Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Penggunaan PembalutIreneIrene, et al 2007. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Reproduksi pada Istri Sopir Truk Tangki Dua Perusahaan di Propinsi Sumatera Barat. Jakarta Medika Julina. 2012. Analisis Perilaku Konsumen Perempuan Terhadap Kesehatan Reproduksi dan Perilaku Penggunaan Pembalut. a c. i d / i n d e x. p h p / m a r w a h / a r t i c l e / download/498/478 [sitasi 9 juni 2016]
Cervical cancer is caused by HPV infection type 16 and 18. The risk factors and sociodemographic of HPV transmission is age, parity, number of sexual partners, oral contraceptives, sexual intercourse at young age and education level. The aims is to describe and analyze risk factors and sociodemographic of cervical cancer. This research is a systematic review. There are nine studies that included. The results are the mean age around years old, the number of sexual partners between 0 - ≥ 2, with or without of oral contraceptives, have sexual intercourse at 16-24 years old, have children with 0-8 number of parity, and have an education level between lower - higher education level. This profile of risk factors and sociodemographic can be different between each country depends on culture, government systems and economic status from each country. The conclusion is women aged ≥ 30 years old mean age around 31,5-42,8 years old who used or doesn’t used oral contraceptive and have sexual intercourse at young age around 16-20 years old with the number of sexual partner is ≥ 1, also have high number of parity or have ≥ 2 kids and have low education level. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Helen, et al., Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis, KELUWIH Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 109-119, June 2022. e-ISSN 2715-6419 109 Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis Helen Cyntia Mago1*, Tjie Kok2, Winnie Nirmala Santosa1 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 2 Fakutas Teknobiologi, Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut, Surabaya 60293 *corresponding author helenmago515 Abstract—Cervical cancer is caused by HPV infection type 16 and 18. The risk factors and sociodemographic of HPV transmissio n is age, parity, number of sexual partners, oral contraceptives, sexual intercourse at young age and education level. The aims is to describe and analyze risk factors and sociodemographic of cervical cancer. This research is a systematic review. There are nine studies that included. The results are the mean age around years old, the number of sexual partners between 0 - ≥ 2, with or without of oral contraceptives, have sexual intercourse at 16-24 years old, have children with 0-8 number of parity, and have an education level between lower - higher education level. This profile of risk factors and sociodemographic can be different between each country depends on culture, government systems and economic status from each country. The conclusion is women aged ≥ 30 years old mean age around 31,5-42,8 years old who used or doesn’t used oral contraceptive and have sexual intercourse at young age around 16-20 years old with the number of sexual partner is ≥ 1, also have high number of parity or have ≥ 2 kids and have low education level. Keywords cervical cancer, sociodemographic, risk factors Abstrak—Kanker serviks disebabkan oleh infeksi dari HPV tipe 16 dan tipe 18. Faktor risiko dan sosiodemografis penularan infeksi HPV adalah usia, paritas, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi oral, melakukan hubungan seksual pada usia muda dan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan dan menganalisis faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks. Penelitian ini merupakan sebuah kajian sistematis. Terdapat sembilan literatur yang dikaji. Hasil penelitian adalah rata-rata usia adalah 31,5-42,8 tahun, jumlah pasangan seksual bervariasi antara 0 - ≥ 2 pasang, menggunakan atau tanpa kontrasepsi oral, melakukan hubungan seksual pada usia muda yaitu kisaran 16-24 tahun, memiliki anak dengan jumlah yang bervariasi yaitu antara 0-8 anak, dan memiliki jenjang pendidikan antara pendidikan rendah-pendidikan tinggi. Profil faktor risiko dan sosiodemografis ini dapat berbeda antar tiap negara karena dipengaruhi oleh budaya, sistem pemerintahan dan status ekonomi dari setiap negara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profil faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks adalah wanita berusia ≥ 30 tahun rata-rata usia 31,5-42,8 tahun yang menggunakan atau tanpa menggunakan kontrasepsi oral dan pernah melakukan hubungan seksual di usia sekitar 16-20 tahun dengan jumlah pasangan seksual yaitu ≥ 1, serta memiliki anak dengan jumlah yang banyak atau ≥ 2 dan tingkat pendidikan rendah. Kata Kunci kanker serviks, sosiodemografis, faktor risiko PENDAHULUAN Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak keempat yang sering terjadi pada perempuan di seluruh dunia Kelly et al., 2018. Data dari Global Cancer Statistic menunjukkan bahwa pada 2018 prevalensi kasus kanker serviks mencapai 569,847 kasus dan mortalitas mencapai 311,365 kematian di seluruh dunia Globocan, 2018. Berdasarkan data Globocan tersebut, Indonesia menempati posisi ke-8 sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak kanker serviks di Asia Tenggara. Jumlah kasus kanker serviks di Indonesia telah mencapai atau 17,2% kasus dengan angka kematian sebesar per tahun. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah kasus kanker serviks. Pada tahun 2019, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyatakan bahwa angka penderita kanker serviks di Jawa Timur telah mencapai kasus Dinkes Jatim, 2019. Penyebab utama kanker serviks adalah adanya infeksi dari Human Papillomavirus HPV. Infeksi HPV merupakan salah satu infeksi menular seksual yang paling sering di seluruh dunia yang diperkirakan telah menginfeksi sebanyak 290 juta wanita di seluruh dunia Santhanes et al., 2017. Beberapa faktor risiko infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks antara lain, hubungan seksual pertama kali saat usia muda, memiliki banyak pasangan seksual, merokok, menggunakan kontrasepsi oral, dan memiliki penyakit tertentu seperti herpes simpleks, Human Immunodeficiency Virus HIV, atau koinfeksi dengan infeksi genital lainnya Helen, et al., Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis, KELUWIH Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 109-119, June 2022. e-ISSN 2715-6419 110 Fowler et al., 2022. Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan kanker serviks adalah usia, jumlah paritas atau anak lahir hidup dan penggunaan pembersih vagina Fitrisia, et al., 2019. Selain itu, keterlambatan melakukan screening dapat menjadi faktor risiko terjadinya kanker serviks. Keterlambatan ini dipengaruhi oleh faktor sosiodemografis seperti, pendidikan, pendapatan, ras atau etnis, akses ke fasilitas kesehatan, dan kebiasaan sehari-hari seperti aktivitas fisik dan pola makan Phaswana-Mafuya et al., 2018. Faktor sosiodemografis lain yang dapat memengaruhi seseorang dalam melakukan screening adalah pekerjaan, budaya, psikologis, dan dukungan suami Mesalina, et al., 2019. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana profil faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks?” Tujuan penelitian ini ada dua yaitu untuk menguraikan dan menganalisis berbagai faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks dan untuk menguraikan persebaran data penelitian mengenai faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks di seluruh dunia. METODE Penelitian ini merupakan suatu kajian sistematis yang dibuat berdasarkan pada statement Preferred Reporting Items For Systematic Review and Meta-Analyses PRISMA. Database yang digunakan pada penelitian ini adalah PubMed dengan rentang waktu 5 tahun yaitu dari 01 Januari 2015 hingga 31 Desember 2019. Strategi pencarian data atau kata kunci yang digunakan adalah Cervical Cancer AND Sociodemography AND Risk Factor. Literatur yang diikutsertakan atau yang dipilih dalam kajian sistematik ini memiliki kriteria 1 dipublikasikan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir; 2 dipublikasikan dalam Bahasa Inggris; 3 literatur yang terdapat pembahasan terkait faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks; 4 partisipan yang digunakan setidaknya memenuhi salah satu dari kriteria penderita kanker serviks, wanita usia reproduktif dengan hasil pemeriksaan biopsi atau kolposkopi atau sitologi yang abnormal, wanita usia reproduktif dengan infeksi HPV; 5 study design yang digunakan adalah observational study. Proses pengumpulan data penelitian ini menggunakan satu database dalam pencarian literatur. Judul dan abstrak dari setiap literatur diseleksi secara seksama untuk mengetahui apakah telah sesuai dengan topik pembahasan pada penelitian ini. Literatur yang telah sesuai, diakses lebih lanjut untuk mendapatkan data menyeluruh atau artikel lengkap. Artikel lengkap dari setiap literatur diseleksi kembali berdasarkan kriteria literatur yang dipilih. Artikel lengkap yang telah memenuhi kriteria selanjutnya didiskusikan bersama pihak kedua untuk mengonfirmasi kembali hasil pemilihan literatur dan bila telah sesuai maka artikel lengkap tersebut yang akan diekstraksi datanya. Selanjutnya, literatur yang telah dipilih tersebut selanjutnya ditelaah lebih lanjut untuk diekstraksi data berupa nama author, tahun publikasi, negara, partisipan, desain penelitian, jumlah partisipan, rata-rata usia, pasangan seksual, kontrasepsi oral, hubungan seksual pada usia muda, paritas dan pendidikan. Penentuan kualitas literatur yang telah dipilih menggunakan STROBE Statement Checklist. Penilaian dilakukan oleh peneliti sendiri dan bila ada keraguan dalam penilaian kualitas literatur maka peneliti mendiskusikan kembali bersama pihak kedua. HASIL Berdasarkan dari pencarian data dengan menggunakan kata kunci yang telah ditetapkan diperoleh sebanyak 100 literatur. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya duplikasi data karena hanya menggunakan satu database yaitu PubMed. Judul dan abstrak dari 100 literatur tersebut di-skrinning untuk disesuaikan dengan topik penelitian dan ditemukan sebanyak 50 literatur tidak sesuai dengan topik penelitian. Dari 50 literatur yang tersisa peneliti mencoba mengakses data lengkap dan ditemukan sebanyak 17 literatur tidak dapat diakses untuk data lengkap sehingga hanya tersisa 33 literatur. Dari 33 literatur tersebut peneliti mengeksklusi sebanyak 24 literatur yang terdiri atas 14 literatur yang tidak dipublikasikan dalam rentang waktu 5 tahun terakhir, 9 literatur dengan kriteria partisipan Helen, et al., Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis, KELUWIH Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 109-119, June 2022. e-ISSN 2715-6419 111 yang dipilih bukan penderita kanker serviks; wanita usia reproduktif dengan hasil pemeriksaan biopsi atau sitologi yang abnormal; wanita usia reproduktif dengan infeksi HPV dan 1 literatur dengan study design bukan observational study. Sehingga hanya tersisa 9 literatur yang telah memenuhi kriteria dan yang akan dikaji Gambar 1. Pengumpulan literatur berdasarkan pencarian didatabase n=100Penyaringan duplikat literatur n=0Literatur yang akan diskrining n=100Pengumpulan literatur dari sumber lain n=0Literatur dengan judul dan abstrak yang tidak sesuai dengan topik n=50Literatur yang tidak bisa diakses lengkap n=17Literatur yang dapat diakses lengkap n=33Artikel lengkap yang tidak sesuai dengan kreteria inklusi n=241. Dipublikasikan lebih dari 5 tahun terakhir n=142. Partisipan yang digunakan bukan penderita kanker serviks yang masih hidup atau sudah meninggal; wanita usia reproduksi dengan hasil pemeriksaan biopsy atau sitologi yang abnormal; wanita usia reproduktif dengan infeksi HPV n=93. Literatur dengan study design bukan observasional study n=1Literatur yang dikaji n=9IDENTIFIKASISCREENINGELIGIBILITYINCLUDEDGambar 1. Flow diagram pemilihan literatur. Sembilan literatur yang dikaji berasal dari 9 kota atau negara yang berbeda, yaitu dari Arab, Argetina Utara, Brazil Selatan, China Utara, N’Djamena Chad, Rural India Selatan, Sub-Sahara Africa, Swiss, dan Urban Gambia. Dari 9 literatur tersebut diperoleh hasil bahwa karakteristik partisipan yang diperoleh adalah wanita usia reproduktif dengan infeksi HPV dengan hasil pemeriksaan sitologi abnormal atau tanpa pemeriksaan sitologi dan atau merupakan penderita kanker serviks. Hasil ekstraksi data dari partisipan yang digunakan dalam Helen, et al., Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis, KELUWIH Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 109-119, June 2022. e-ISSN 2715-6419 112 9 literatur yang dikaji menunjukkan bahwa rentang usia rata-rata dari partisipan adalah 31,5-42,8 tahun, memiliki jumlah pasangan seksual 0 - ≥ 2, menggunakan atau tidak menggunakan kontrasepsi oral, melakukan hubungan seksual pada usia sekitar 16-24 tahun, memiliki anak dengan jumlah antara 0-8 dan memiliki jenjang pendidikan dari rendah hingga tinggi Lampiran Tabel 1. Penilaian kualitas literatur yang dikaji menggunakan STROBE Statement Checklist, dan diperoleh hasil bahwa 4 literatur yang dikaji memiliki kualitas literatur yang bagus, karena memenuhi + semua kriteria penilaian dari STROBE Statement Checklist, akan tetapi terdapat 5 literatur yang tidak memenuhi satu atau dua kriteria penilaian -, seperti pada penelitian Bah Camara, et al. 2018 tidak menjelaskan tentang bias; sedangkan pada penelitian Jia, et al. 2015, Thulaseedharan, et al. 2015, dan Muwonge, et al. 2016 tidak menjelaskan tentang funding, serta pada penelitian Coser, et al. 2015 tidak menjelaskan tentang limitation dan funding pada penelitiannya Lampiran Tabel 2. BAHASAN Data faktor risiko dan sosiodemografis yang diperoleh dari hasil ekstraksi data menunjukkan hasil bahwa mayoritas karakteristik partisipan yang ditemukan adalah wanita usia reproduktif dengan infeksi HPV. Tipe genotype infeksi HPV yang diderita oleh setiap partisipan sangat bervariasi. Pada penelitian Jia et al. 2015 di China Utara, ditemukan bahwa infeksi HPV pada wanita usia reproduktif yang merupakan pekerja seksual dan yang dapat menyebabkan adanya abnormalitas sitologi ditemukan pada tipe High Risk HPV 61,90%, tetapi menurut Bah Camara, et al. 2018 di Urban Gambia, bahwa tipe infeksi HPV tersering pada wanita bukan hanya tipe 52 High Risk HPV 42,9% melainkan terdapat infeksi dari tipe 61 Low Risk HPV 42,9%. Hasil penelitian Bah Camara, et al. 2018 tersebut sama dengan hasil penelitian Elmi, et al. 2017 di Arab, bahwa setiap wanita yang positif HPV memiliki paling sedikit satu jenis infeksi Low Risk HPV dan High Risk HPV, yakni pada tipe infeksi High Risk yaitu tipe 16 dan 59 HPV 25% paling banyak ditemukan pada wanita dengan hasil pemeriksaan sitologi abnormal. Sedangkan menurut Badano, et al. 2018 di Argentina Utara menunjukkan bahwa tipe 16 High Risk HPV 18,3% lebih sering menyebabkan terjadinya abnormalitas hasil sitologi. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Coser, et al. 2015 di Brazil Selatan yang menunjukkan sebanyak 65,2% partisipan terinfeksi tipe 16 High Risk HPV. Tetapi menurut Mboumba Bouassa, et al. 2019 di N’Djamena Chad, dikatakan bahwa terdapat tipe High Risk HPV lainnya selain tipe 16, yaitu ada tipe 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68, dimana pada partisipan penelitiannya ditemukan paling banyak yang tipe 56 42,8%. Dari kumpulan data genotype terkait tipe infeksi HPV pada wanita usia reproduktif dapat dinyatakan bahwa pada satu wanita dapat terinfeksi lebih dari satu tipe genotype HPV dan yang paling sering ditemukan dan menyebabkan terjadinya abnormalitas sitologi adalah tipe genotype HPV High Risk. Dari data karakteristik partisipan tersebut juga ditemukan bahwa rata-rata usia dari partisipan berkisaran antara usia 31,5-42,8 tahun. Rentang usia tersebut merupakan rentang usia seorang wanita telah berkeluarga atau telah memiliki anak sehingga ada kemungkinan telah terdapat infeksi HPV sebelumnya. Oleh karena itu, rata-rata usia tersebut dikategorikan dalam kelompok usia berisiko yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok usia risiko tinggi dan kelompok usia risiko rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mesalina, et al. 2019, Mbachu, et al. 2017, Febriani 2016, dan Saputri 2016 yang menyatakan bahwa wanita kelompok usia risiko tinggi atau yang telah berusia ≥ 35 tahun lebih sering dijumpai untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya usia dapat mempengaruhi adaptasi perilaku seseorang terhadap kepedulian akan kesehatan pribadi Febriani, 2016. Selain rata-rata usia, hasil ekstraksi data juga menjelaskan terkait jumlah pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi oral, hubungan seksual pada usia muda, paritas dan jenjang pendidikan. Jumlah pasangan seksual dari partisipan berkisaran antara 0 sampai ≥ 2 pasang Helen, et al., Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks Sebuah Kajian Sistematis, KELUWIH Jurnal Kesehatan dan Kedokteran, 109-119, June 2022. e-ISSN 2715-6419 113 dan dari satu literatur dengan literatur lainnya menghasilkan pembahasan yang berbeda-beda seperti data Bah Camara, et al. 2018 yang menyatakan bahwa memiliki satu atau lebih pasangan seksual tetap akan menjadi risiko seorang wanita terkena infeksi HPV, sedangkan data dari data Coser, et al. 2015 menyatakan bahwa semakin banyak pasangan seksual semakin berisiko seorang wanita untuk terinfeksi HPV. Akan tetapi berdasarkan data Egli-Gany, et al. 2019 dan Mboumba Bouassa, et al. 2019 menunjukkan bahwa wanita yang memiliki satu pasangan seksual akan lebih cenderung terinfeksi HPV hingga terkena kanker serviks. Walaupun terdapat berbagai variasi hasil dari dampak jumlah pasangan seksual terhadap infeksi HPV, jumlah pasangan seksual tetap menjadi salah satu faktor risiko terhadap penularan infeksi HPV. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ninderia, 2017 yang menyatakan bahwa wanita dengan jumlah pasangan yang banyak akan lebih berisiko untuk menderita kanker serviks di kemudian hari karena infeksi HPV merupakan infeksi menular seksual, sehingga ada kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang hanya memiliki satu pasangan seksual. Untuk penggunaan kontrasepsi oral dari partisipan menunjukkan hasil yang tidak dapat disimpulkan dampaknya terhadap infeksi HPV dan kanker serviks karena ada beberapa partisipan yang tidak menggunakan kontrasepsi oral tetapi terinfeksi HPV hingga menderita kanker serviks. Walaupun dampak penggunaan kontrasepsi oral terhadap infeksi HPV dan kanker serviks masih menjadi perdebatan, penggunaan kontrasepsi oral tetap harus menjadi hal yang diperhatikan karena terdapat penelitian sebelumnya yang dilakukan Parwati, et al. 2015 menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks terutama yang mengandung hormon estrogen dan progestin karena diduga dapat meningkatkan ektropion serviks atau erosi serviks yaitu terdapat pertumbuhan sel-sel kelenjar leher rahim di luar serviks Wulandari, 2017. Sedangkan untuk hubungan seksual pada usia muda dari partisipan menunjukkan hasil bahwa wanita yang pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda sekitar usia 16-20 tahun akan lebih berisiko untuk terinfeksi HPV dan menderita kanker serviks. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Makuza, et al. 2015 yang menyatakan bahwa wanita yang pernah melakukan hubungan seksual pada usia 5 tahun 13 2. 20 7 1. ≥ 24 tahun 20,1% 2. 18-23 tahun 43,4% 3. Kejadian kanker serviks mencapai kasus, 90% terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Deteksi dini kanker serviks merupakan salah satu upaya untuk mengurangi prevalensi kasus baru dan kematian akibat kanker servik. Namun, partisipasi perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks masih sangat rendah. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sosio demografi dengan pemanfaatan deteksi dini IVA. Penelitian ini adalah penelitian analitik, desain cross sectional. Tempat penelitian di Bukittinggi, bulan Agustus - November 2018. Populasi penelitian adalah sampel diambil secara cluster sampling sebanyak 191 responden. Data dianalisis secara bivariat dengan Chi-Square. Dari 191 responden. tidak memeriksakan diri dengan IVA, dengan umur berisiko tinggi, berpendidikan menengah, responden tidak bekerja dan dengan paritas berisko tinggi. Hasil uji statistik tidak ada variabel yang memiliki hubungan signifikan dengan pemanfaatan deteksi dini tidak bekerja, dan responden dengan kelompok paritas berisiko tinggi. Hasil uji statistik dengan kanker serviks metode IVA yaitu umur OR CI 95% – pendidikan pekerjaan CI 95% – dan paritas OR CI 95% – Karakter sosio demografi tidak lagi menjadi satu-satunya tolok ukur dalam melihat keterkaitan responden dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi pemanfaatan deteksi dini kanker serviks IVA seperti nilai-nilai budaya, hambatan dalam akses pelayanan kesehatan termasuk hambatan psikologis yang dialami oleh wanita usia subur. Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara berkembang termasuk Indonesia . P enelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi pra lesi kanker serviks pada wanita berisiko dan tidak berisiko di Kota Palembang . Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional comparative. Populasi penelitian semua PSK yang ada di Kota Palembang dan semua wanita yang datang berobat ke RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan aktifitas seksual yang aktif . Total sampel 40 orang. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan regresi binary logistik . Lebih dari separoh responden pada wanita berisiko mengalami lesi pra kanker serviks 70% sedangkan pada wanita tidak berisiko 20%. Uji statistik diketahui usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah partner seksual, merokok, penggunaan kontrasepsi hormonal dan riwayat keputihan berhubungan dengan lesi prakanker serviks p value 0,05. Faktor dominan lesi prakanker serviks adalah riwayat keputihan dengan OR 109. Kata kunci Lesi Prakanker Serviks, Riwayat Keputihan 5 tahun maupun <5 tahun meningkatkan risiko lesi pra-kanker leher rahim dibandingkan yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal masing-masing dengan OR=10,7 95%CI 1,04-108,17 dan OR=3,0 95%CI 1,16-7,84. Riwayat IMS juga meningkatkan risiko lesi pra-kanker leher rahim dengan OR=9,7 95%CI 3,83-24,18.Simpulan Pemakaian kontrasepsi hormonal dan riwayat IMS meningkatkan risiko lesi pra-kanker leher The aims of the study were to estimate the prevalence of breast and cervical cancer screening among women in the South African general population and assess associated factors. Methods Data from a national populationbased cross-sectional household survey in South Africa in 2012 for 10,831 women aged 30+ years were analysed using bivariate and multivariable logistic regression. The outcome variables were cervical cancer screening Papanicolaou smear test and breast cancer screening mammography. Exposure variables were sociodemographic factors, lifestyle variables, and chronic conditions. Results The prevalences of Papanicolaou PAP smear test and mammography participation were and respectively. On multivariable logistic regression analysis, women with higher education, those who were non-black African, having medical aid and having chronic conditions were more likely to undergo a Pap smear test and mammography. Living in rural areas was related to a lower likelihood of receiving both types of screening. In addition, undertaking moderate or vigorous physical activity was associated with breast cancer screening. Conclusion Screening for cervical cancer was relatively high but for breast cancer it was low, despite the latter being a major public health problem in South Africa. This may be attributed to the limited availability, affordability, and accessibility of breast cancer screening services among socio-economically disadvantaged individuals There are some socio-economic disparities in adopting both breast and cervical cancer screening guidelines that could be targeted by of Peer Health Education on Perception And Practice of Screening For Cervical Cancer Among Urban Residential Women In South-East Nigeria A Before And After StudyC MbachuD CyillE UcheMbachu C, Cyill D, Uche E. 2017. Effects of Peer Health Education on Perception And Practice of Screening For Cervical Cancer Among Urban Residential Women In South-East Nigeria A Before And After Study. BioMed Central Women's Health,1-8.
Kanker serviks uteri merupakan salah satu jenis penyakit kanker tidak menular yang diperkirakan meningkat setiap tahunnya. Di RSUP Semarang, kunjungan kanker servik di poliklinik ginekologi dari ke tahun semakin meningkat. Banyak faktor resiko yang mendukung timbulnya penyakit kanker serviks uteri antara lain riwayat hubungan seksual pertama sebelum umur 20 tahun, multiparitas, riwayat KB oral, faktor perilaku tidak sehat, dan faktor keturunan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor resiko kanker servik pada pasien poliklinik ginekologi RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian observasional analitik korelatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini total sampling dengan teknik aksidental sampling sebanyak 103 responden, terdiri dari 68 responden kanker serviks dan 35 responden bukan kanker penelitian adalah ada hubungan antara umur pertama kali berhubungan seksual p-value= OR status paritas p-value= OR kontrasepsi KB hormonal p-value= OR riwayat keturunan dengan sakit kanker p-value= OR dan perilaku vaginal hygiene p-value= OR dengan kejadian kanker servik di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2016. Dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan dapat menginformasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker servik sehingga masyarakat mengerti dan melakukan tindakan preventif. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Riset Kesehatan, 6 1, 2017, 20 - 25Copyright © 2017, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068Jurnal Riset Kesehatan RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANKANKER SERVIK; STUDI KASUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANGAziyah Aziyah* ; Sri Sumarni ; Ngadiyono NgadiyonoPoltekkes Kemenkes SemarangJl. Tirto Agung ; Pedalangan ; Banyumanik ; SemarangAbstrakKanker serviks uteri merupakan salah satu jenis penyakit kanker tidak menular yang diperkirakanmeningkat setiap tahunnya. Di RSUP Semarang, kunjungan kanker servik di poliklinikginekologi dari ke tahun semakin meningkat. Banyak faktor resiko yang mendukung timbulnyapenyakit kanker serviks uteri antara lain riwayat hubungan seksual pertama sebelum umur 20 tahun,multiparitas, riwayat KB oral, faktor perilaku tidak sehat, dan faktor keturunan. Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui faktor resiko kanker servik pada pasien poliklinik ginekologi RSUP Dr. KariadiSemarang tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitianobservasional analitik korelatif menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakandalam penelitian ini total sampling dengan teknik aksidental sampling sebanyak 103 responden, terdiridari 68 responden kanker serviks dan 35 responden bukan kanker servik. Hasil penelitian adalah adahubungan antara umur pertama kali berhubungan seksual p-value= OR status paritas p-value= OR kontrasepsi KB hormonal p-value= OR riwayat keturunan dengansakit kanker p-value= OR dan perilaku vaginal hygiene p-value= OR dengankejadian kanker servik di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2016. Dari hasil penelitian ini diharapkantenaga kesehatan dapat menginformasikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker serviksehingga masyarakat mengerti dan melakukan tindakan Kunci faktor resiko; kanker servik; riwayat KBAbstract[RISK FACTORS RELATED TO SERVICES CANCER COSTS; CASE STUDY IN DR. KARIADIHOSPITAL SEMARANG] Cervical cancer is one type of cancer which is not a contagious disease. Itincreases every year. The cervical cancer visit increases in the last years at gynecological clinic ofSemarang Kariadi Hospital. Many risks factors may contribute to the onset of cervical cancer includinghistory of first sexual intercourse before the age of 20 years, multiparity, history of oral contraceptive,unhealthy behavioral factors, and heredity. The purpose of this study is to analysis the risk factors onthe patient of cervical cancer in gynecological clinic of Semarang Kariadi Hospital research isa quantitative study. The design is a correlative analytical observational study using a cross-sectionalapproach. The sample used in this study is a total sampling. The technical sampling was an accidentalsampling. The number of sampel were 103 respondents consisting of 68 respondents cervical cancerand 35 respondents were not cervical cancer patients. The result shows that there is a relationshipbetween the age of first intercourse p-value= OR the status of parity p-value= contraception hormonal p-value= OR history of descent with cancer pain p-value= OR and vaginal hygiene behavior p-value= OR and uterine cervical cancerat Semarang Kariadi Hospital 2016. It is expected that health workers can inform the factors associatedwith cervical cancer so that the people understand and ultimately perform risks factors; cervical cancer; family planning historyKanker termasuk salah satu jenis penyakittidak menular atau Non Communicable DiseaseNCD. Data World Health Organization WHOAziyahE-mail Aziemad99 Jurnal Riset Kesehatan, 6 1, 2017, 21 - 25Copyright © 2017, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068menyebutkan bahwa penyakit kanker menjadipenyebab kematian terbesar ke dua setelahpenyakit kardiovaskuler di seluruh dunia danpada tahun 2012 angka kejadiannya mencapai8,2 juta kasus. Bahkan diperkirakan akanmeningkat menjadi 14,1 juta kasus kankerdalam 2 dekade berikutnya Torre LA, cancer statistics, 2012.Sedangkan di Indonesia, penyakit kankertermasuk salah satu dari sepuluh besarpenyebab kematian. Diperkirakan jumlahpenderita kanker sebanyak orangdengan prevalensi tertinggi di Daerah IstimewaYogyakarta sebanyak 4,1 per mil. Jawa Tengahmenduduki peringkat kedua dengan kejadian2,1 per mil. Apabila dilihat dari distribusikejadian kanker menurut umur, didapatkanprevalensi tertinggi insiden kanker di Indonesiapada umur 25-54 tahun. Jenis penyakit kankerbermacam-macam dan dapat menyerang semuaumur, jenis kelamin, berpendidikan tinggimaupun rendah, mampu atau tidak mampu.Data Riset Kesehatan Dasar 2013, BalitbangkesKementerian Kesehatan RI.Dari berbagai jenis penyakit kanker yangmenyerang wanita, penyakit kanker servik danpayudara merupakan penyakit kanker denganprevalensi tertinggi. Penyakit kanker serviksebesar 0,8 per mil dan kanker payudara sebesar0,5 per mil Data Riset Kesehatan Dasar 2013,Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI.Di RSUP Dr. Kariadi Semarang yangmerupakan Rumah Sakit Umum Pusat RujukanSe-Jawa Tengah, pada tahun 2015 jumlah pasienyang rawat inap dengan kanker servik lebihtinggi dibanding kanker ginekologi yang lain,yaitu dengan jumlah mencapai 730 orang danyang meninggal dunia 49 orang. Sesuaidistribusi menurut umur, ditemukan kasuskanker servik tertinggi pada umur 45-64 tahundan meninggal tertinggi juga pada umur 45-64tahun sebanyak 39 pasien dengan kanker servik dipoliklinik ginekologi RSUP Dr. KariadiSemarang dari tahun ke tahun semakinmeningkat. Pada tahun 2013 sebanyak tahun 2014 sebanyak dan tahun 2015 meningkat kunjungan, dengan kasus baru kankerservik sebanyak 171 dan 309 kasus kankerginekologi yang lain kanker ovarium, kankerendometrium, kanker vagina, kanker vulva.Distribusi kasus kanker servik baru menurutumur adalah 7 orang dengan umur 15-24 tahun,55 orang dengan umur 25-44 tahun, 97 orangdengan umur 45-64 tahun, dan 12 orang denganumur lebih 65 Rumah Sakit Kanker Dharmais, kejadiankanker servik menduduki peringkat keduasetelah kanker payudara dan dari tahun 2010sampai 2013 terus meningkat. Kasus barukanker servik tahun 2010 adalah 296, tahun 2011sebanyak 300, tahun 2012 sebanyak 343 dantahun 2013 adalah 356 Data Riset KesehatanDasar 2013, Balitbangkes KementerianKesehatan RI.Kanker serviks adalah kanker primerservik porsio dan kanalis servikalis yangdisebabkan adanya infeksi Human PapillomaVirus HPV Andrijono, 2012. Faktor resikoyang mendukung timbulnya penyakit kankerservik adalah riwayat hubungan seksualsebelum umur 20 tahun, multipartner, riwayatobstetri hamil di usia muda, riwayat KBhormonal, penyakit infeksi, dan adanya faktorperilaku serta pola makan tidak sehat Rasjidi, Faktor yang meningkatkan resiko kankerdiantaranya faktor genetik, seringnya infeksi,tipe virus HPV, sistem hormon dan hasil penelitian Noor, HM 2010menyebutkan bahwa umur menikah pertamakali kurang 20 tahun beresiko 6-7 kali terjadikanker servik dibanding umur lebih 20 tahundan pendapat yang senada diungkapkan dalampenelitian Yuniar, 2009 bahwa terdapathubungan antara usia pertama kaliberhubungan seksual dengan kejadian kankerservik. Sedangkan faktor paritas didapatkanhubungan yang bermakna, paritas 3 atau lebihberesiko kanker servik Noor, HM. 2010.Selain riwayat umur pertama kalimelakukan hubungan seksual dan paritas,riwayat menggunakan metode kontrasepsihormon juga berhubungan dengan kejadiankanker servik. Penelitian Suryapratama, SA2012 menyampaikan bahwa di RSUP Semarang pasien dengan kanker serviksuteri paling banyak menggunakan metodekontrasepsi suntik 3 bulan dan Khoirunisa M,2012 menuliskan hasil penelitiannya bahwaterdapat hubungan antara faktor kontrasepsihormonal dengan kejadian kanker uraian diatas, peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kankerservik uteri di poliklinik ginekologi Semarang tahun 2016. Dalampenelitian ini faktor resiko yang akan ditelitiadalah riwayat umur pertama kali melakukan Jurnal Riset Kesehatan, 6 1, 2017, 22 - 25Copyright © 2017, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068hubungan seksual, paritas, riwayat kontrasepsiKB hormonal, riwayat keturunan dengan sakitkanker, dan perilaku vaginal hygiene pada pasienkanker servik di RSUP Dr. Kariadi Semarangtahun penelitian menggunakan studiobservasional survei analitik bivariat korelatifdengan pendekatan cross sectional, yaitu suatupenelitian yang dipilih karena tidak melakukanintervensi dan bertujuan untuk mengetahuihubungan antara dua variabel yangmenghasilkan keluaran berupa koefisienkorelasi. Penelitian ini hanya dilakukan padasaat bersamaan sekali waktu antara faktorresiko dengan penyakit. Hidayat, AA. 2014.Populasi pada penelitian ini adalah semuapasien baru kanker ginekologi yang datang kepoliklinik ginekologi RSUP Dr. KariadiSemarang pada bulan Mei-Juli tahun adalah bagian dari jumlah dankarakteristik yang dimiliki oleh populasitersebut Sugiono, 2010. Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini sebanyak 103responden, terdiri dari 68 responden kankerservik dan 35 responden bukan kanker sampel pada penelitian inimenggunakan non-probability sampling denganteknik aksidental sampling yaitu siapa saja yangperiksa ke poliklinik ginekologi secarakebetulan bertemu dengan peneliti digunakansebagai sampel bila dipandang/dinilai cocoksesuai kreteria inklusi sebagai sumber dataHidayat, AA. 2014.Analisa univariat dalam penelitian iniadalah bertujuan untuk menganalisis faktorresiko yang berhubungan dengan kejadiankanker servik di RSUP Dr. Kariadi Semarangtahun bivariat digunakan peneliti untukmengetahui hubungan dan besarresiko/peluang antara variabel independendengan variabel dependen yaitu hubungan danfaktor resiko antara umur pertama kalimelakukan hubungan seksual dengan kejadiankanker servik, hubungan antara paritas dengankanker servik, hubungan riwayat KB dengankanker servik, hubungan riwayat keturunandengan kanker servik serta hubungan perilakuvaginal hygiene dengan kanker servik. Dalampenelitian ini data berbentuk kategorik denganskala nominal. Uji statistik yang digunakanadalah uji chi hasil penelitian pada pasien barudengan kejadian kanker ginekologi dipoliklinik RSUP Dr. Kariadi Semarang, BulanMei-Juli 2016, dapat diuraikan bahwa dari 68responden dengan kanker servik dan 35responden bukan kanker servik sebagian besarresponden masuk dalam kategori usia lansiaawal, yaitu sejumlah 27 responden padakanker servik, dan sejumlah 18 responden pada responden bukan kanker dilihat dari tingkat pendidikan, dari68 responden dengan kanker servik sejumlah 54responden dan dari 35 respondenbukan kanker serviks uteri sejumlah 26responden sebagian besar dengantingkat pendidikan rendah. Rata-Rata umurresponden kanker servik dan bukan kankerservik adalah besar responden yaitu sejumlah57 responden melakukan hubungan seksualpertama kali dengan umur kurang dari 20 57 responden tersebut, sejumlah 46responden tergolong katagori kankerservik dan 11 responden tergolongkategori bukan kanker servik. Status paritasresponden sebagian besar masuk dalamkategori multipara dengan kanker serviksejumlah 57 responden dan bukankanker servik sejumlah 19 responden 25%.Sebagian besar responden menggunakanKB implant. Meskipun demikian, apabila dilihatdari responden dengan katagori kanker servikdidapatkan hasil sebagian besar respondenmenggunakan KB dengan metode suntik yaitusejumlah 26 responden Dilihat daririwayat keturunan dengan sakit kanker,didapatkan hasil sebagian besar respondentidak mempunyai riwayat keturunan. Perilakuvaginal hygiene responden sebagian besarpositif, tetapi dilihat dari responden dengankatagori kanker servik didapatkan bahwasebagian besar, sejumlah 42 responden 85,71%berperilaku besar responden dengan kankerservik menjawab “tidak”pada pertanyaan 44 responden sehinggasebagian besar responden dengan kanker serviktidak membersihkan daerah vagina dengan arahdepan ke belakang. Responden kanker servikmenjawab “tidak”pada pertanyaan 54 responden dan menjawab“tidak”pertanyaan sejumlah 65 responden67%. Dari data didapatkan bahwa pada saat Jurnal Riset Kesehatan, 6 1, 2017, 23 - 25Copyright © 2017, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068menstruasi, responden dengan kanker serviksebagian besar tidak mengganti pembalut ≥3kali/hari dan tidak mencukur rambut kemaluanpada waktu hasil penelitian menunjukkan bahwadari 57 responden dengan usia pertama kalimelakukan hubungan seksual 1dengan tingkat interval kepercayaan dugaan kuat bahwa faktorketurunan menjadi faktor resiko kanker servikDari 49 responden dengan perilaku vaginalhygiene yang negatif, sebanyak 42 responden masuk dalam kategori kanker servik,dan 7 responden dengan perilaku vaginalhygiene yang negatif masuk dalamkategori bukan kanker servik. Jurnal Riset Kesehatan, 6 1, 2017, 24 - 25Copyright © 2017, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068Hasil uji statistik, didapatkan nilai psebesar 20 tahun, menghindari paparan asap rokok dan penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang. Kata kunci Lesi Prakanker Serviks, Pemeriksaan IVA, SkriningDilla Srikandi SyahadatNi Made EviyuliantiMuh. Jusman RauSendhy KrisnasariThis study aimed to determine the risk of age at first having sexual intercourse, parity, use of hormonal contraception, and exposure to cigarette smoke for the incidence of cervical cancer in Undata Hospital. This type of research was a quantitative method with a case-control approach. Case samples were 48 people, and control samples were 48 people with matching ages. Sampling was done by purposive sampling. The data source used secondary data from medical record records for 2021-2022 and primary data obtained through interviews with questionnaires. Data analysis used the odds ratio test, and the results showed that age at first sexual intercourse OR= CI = parity OR= CI = use of hormonal contraception OR= CI = and exposure to cigarette smoke OR= CI = are risk factors for cervical cancer. To overcome the incidence of cervical cancer, women of childbearing age and sexually active are expected to be routinely screened by doing pap HPV smear and vaccinationE J CorwinCorwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi Ketiga. Jakarta EGC Depkes RI. Data Riset Kesehatan Dasar Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI; 2013Hubungan Paritas Dan Usia Perkawinan Sebagai Faktor Resiko Lesi Prakanker Serviks Pada Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sukasada Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hidayat, AAA PutraGdePutra, Gde. 2012. Hubungan Paritas Dan Usia Perkawinan Sebagai Faktor Resiko Lesi Prakanker Serviks Pada Ibu Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sukasada Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hidayat, AA. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta Salemba Medika Irianto, K. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung Alvabeta Khoirunnisa, M. 2012. Hubungan Pernikahan Usia Dini, Paaritas Dan Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2010-2012. Jurnal Care, Beberapa Faktor Resiko Penderita Kanker Serviks di RSUP DrH M NoorNoor, HM. 2010. Analisa Beberapa Faktor Resiko Penderita Kanker Serviks di RSUP yang mempengaruhi kejadian kanker serviks di Puskesmas KaranganyarI YuniarDkkYuniar, I dkk. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kanker serviks di Puskesmas Karanganyar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, No. 2
faktor risiko kanker serviks pdf